Kisah Cinta Dan Pernikahan Yang Mengharukan

Abdullah bin Umar mengisahkan: Tatkala Hafshah ditinggal wafat oleh suaminya Ibnu Huzafah, dan masa iddahnya telah berlalu, maka ayahnya yaitu Umar bin Al Khatthab mulai berusaha mencarikan jodoh untuknya. Tatkala beliau berjumpa dengan sahabat Utsman, beliau segera menawarkan putrinya kepada sahabat Utsman.

Mendapat tawaran ini, sahabat Utsman berkata: aku akan berpikir dulu. Setelah berlalu beberapa hari, sahabat Utsman menjumpai sahabat Umar, lalu berkata: Saat ini aku memutuskan untuk tidak menikah lagi.

Selanjutnya sahabat Umar menjumpai sahabat Abi Bakar, untuk menawarkan putrinya. Sahabat Umar berkata kepadanya: Sudikah engkau aku nikahkan engkau dengan putriku Hafshah? Namun ternyata sahabat Abu Bakar diam dan tidak menanggapi tawaran sahabat Umar. Akibatnya, sahabat Umar sangat kecewa dengan sikap sahabat Abu Bakar yang tidak memberikan jawaban atas tawarannya ini.

Selang beberapa hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melamar Hafshah, maka segera sahabat Umar menikahkan putrinya Hafshah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah Hafshah dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, segera sahabat Abu Bakar menjumpai sahabat Umar dan berkata kepadanya: Barang kali engkau merasa kecewa ketika engkau menawarkan putrimu Hafshah kepadaku?

Sahabat Umar menjawab: Benar.

Sahabat Abu Bakar berkata: Tiada alasan apapun yang menghalangiku untuk memberikan jawaban atas tawaranmu itu kecuali karena aku telah mengetahui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut putrimu Hafshah. Sedangkan aku tidak ingin membocorkan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Andai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengurungkan niatnya, niscaya aku menikahi putrimu.

Selanjutnya Sahabat Umar menceritakan bahwa dirinya telah mengadukan sikap sahabat Utsman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan ternyata beliau menjawab pengaduanku denganbersabda:
تزوج حفصة خير من عثمان ويزوج عثمان خيرا من حفصة فزوجه النبي صلى الله عليه و سلم ابنته
Hafshah akan dinikahi oleh lelaki yang lebih mulia dibanding Utsman, sedangkan Utsman akan menikahi wanita yang lebih mulia dibanding Hafshah, dan ternyata beliau menikahkan sahabat Utsman dengan putri beliau (Ummu Kultsum). (Riwayat Abu Ya’la Al Mushily dan lainnya)

Semoga Allah Ta’ala menyatukan kita semua dengan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam surga-Nya.

Curigailah Hatimu…!

?Syaikh Al-‘Utsaimin Rahimahullah berkata:

” ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﻗﻠﺒﻚ ﻻ ﻳﺘﺄﺛﺮ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻓﺎﺗﻬﻢ ﻧﻔﺴﻚ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺧﺒﺮ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﻮ ﻧﺰﻝ ﻋﻠﻰ
ﺟﺒﻞ ﻟﺘﺼﺪﻉ، ﻭﻗﻠﺒﻚ ﻳﺘﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻻ ﻳﺘﺄﺛﺮ .”!! ﺍﻫـ

“Apabila engkau melihat hatimu tidak tergerak dengan Al-Qur’an, maka curigailah dirimu!
Sebab Al-Quran ini seandainya diturunkan kepada sebuah gunung maka akan
terpecah, sedangkan hatimu, dibacakan atasnya Al-qur’an tidak tergerak (sedikit pun).”

[Syarh Wasithiyyah: 374]
〰〰〰〰〰

?Syaikhul Islam Rahimahullah berkata:

” ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﺗﺠﺪ ﻟﻠﻌﻤﻞ ﺣﻼﻭﺓ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ﻭﺍﻧﺸﺮﺍﺣﺎ ﻓﺎﺗﻬﻤﻪ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺮﺏ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺷﻜﻮﺭ .” ﺍﻫـ

“Apabila engkau tidak mendapatkan pada hatimu manisnya suatu amalan (yang engkau lakukan), juga engkau tidak mendapatkan kelapangan hati, maka curigailah…!

Sebab, sesungguhnya Robb Ta’ala itu Syakur (Dzat yang maha
mensyukuri amalan-amalan hambanya, sehingga tidak akan mungkin sesorang yang diterima amalannya tidak mendapati bekas amalan tersebut di hatinya).”

?Madarijussalikin 2/ 68

Oleh karena itu, hendaknya kita betul-betul perhatikan keadaan hati-hati kita. Jangan sampai kita lalai dari mengontrol keadaannya.

Jangan sampai kita merasa aman,
padahal hati ini ternyata sudah berkarat….

ﻳﺎ ﻣﻘﻠﺐ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺛﺒﺖ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺩﻳﻨﻚ، ﻭﻳﺎ ﻣﺼﺮﻑ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺻﺮﻑ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﻋﺘﻚ

Abu Zakaria Irham –Waffaqahullah-

Surat Cinta Untuk Ayah dan Ibu (part 2)

Betapa pentingnya berbakti kepada kedua orangtua kita karena kita tidak akan dapat membalas jasa kedua orang tua kita. Rasulullah bersabda:

لَا يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوْ كًافَيَشْتَرِ يَهُ فَيُعْتِقَهُ

“Seorang anak tidaklah dapat membalas (jasa) orang tuanya kecuali apabila ia mendapatinya sebagai budak lalu ia membelinya kemudian memerdekakannya” (Muttafaq’alaih, HR.Muslim no.1510)

Wajib memuliakan ibu daripada bapak

Ibu memiliki keutamaan yang lebih besar daripada bapak.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

 

 

Bentuk Birrul Walidaini Ketika Orangtua kita Masih Hidup

Hal-hal yang dapat dilakukakn ketika kedua orang tua kita masih hidup :

 

1.       Berbuat ihsan dengan lisan dan muamalah yang baik.

Kata ‘uf’, menyanggah ucapan orangtua, itu adl sekecil-kecil nya perkara yang dilarang oleh Allah. Pilihan ucapan yang baik kpd orangtua kita.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q. S. Al Isra’ : 23-24)

Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak diperbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

 

2.       Menaati mereka berdua yang bukan perkara maksiat kepada Allah.

إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُفِ

“Sesungguhnya ketaatan itu dalam hal kebaikan” (HR. Muslim, no.1840)

3.       Memberikan kegembiraan kepada orangtua.

Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,

جاء رجل إلى رسول الله  صلى الله عليه وسلم  فقال جئت أبايعك على الهجرة وتركت أبوي يبكيان فقال ارجع عليهما فأضحكهما كما أبكيتهما

Datang seorang pria kepada Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam dan berkata, “Aku datang untuk membai’at engkau untuk berhijrah dan aku meninggalkan kedua orangtuaku dalam keadaan menangis”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu dan buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka berdua menangis” (HR Abu Dawud 3/17 no 2528 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

4.       Tidak membuat dicelanya orangtua kita.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Yang termasuk dosa besar adalah celaan seseorang terhadap kedua orang tuanya”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang mencela kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Ya, seseorang mencela ayah orang lain, maka berarti dia telah mencela ayahnya sendiri. Dan dia mencela ibu orang itu berarti dia telah mencela ibunya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim).

5.       Berdoa kebaikan untuk kedua orangtua kita.

 

Bentuk birrul walidaini setelah mereka wafat

  • Berdoa bagi keduanya. Jangan sampai terlewat untuk mendoakan orangtua kita.
  • Memohon ampunan untuk kedua orangtua kita.

“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang sholeh di dalam surga. Hamba itu kemudian bertanya:”Ya Rabbi, darimana derajat ini aku peroleh?” Alloh ‘Azza Wajalla menjawab: “Karena anakmu meminta ampunan kepada-Ku.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

  • Membayar hutang dan memenuhi kafarah orangtuanya.
  • Bershadaqah atas nama keduanya.
  • Menyambung hubungan baik dengan teman-teman kedua orangtua nya.

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أَنَّهُ كَانَ إِذَا خَرَجَ إِلىَ مَكَّةَ كَانَ لَهُ حِمَارٌ يَتَرَوَّحُ عَلَيْهِ  إِذَا مَلَّ رُكُوْبَ الرَّاحِلَةِ وَ عَمَامَةٌ يَشُدُّ بِهَا رَأْسَهُ فَبَيْنَمَا هُوَ يَوْمًا عَلَى ذَلِكَ اْلحِمَارِ إِذْ مَرَّ بِهَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ أَلَسْتَ ابْنَ فُلاَنٍ ابْنِ فُلاَنٍ؟ قَالَ: بَلَى فَأَعْطَاهُ اْلحِمَارَ وَ قَالَ: ارْكَبْ هَذَا وَ اْلعَمَامَةَ قَالَ: اشْدُدْ بِهَا رَأْسَكَ فَقَالَ لَهُ بَعْضُ أَصْحَابِهِ: غَفَرَ اللهُ لَكَ أَعْطَيْتَ هَذَا اْلأَعْرَابِيَّ حِمَارًا كُنْتَ تَرَوَّحُ عَلَيْهِ وَ عَمَامَةً كُنْتَ تَشُدُّ بِهَا رَأْسَكَ؟ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: إِنَّ مِنْ أَبَرِّ اْلبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّيَ وَ إِنَّ أَبَاهُ كَانَ صَدِيْقًا لِعُمَرَ رضي الله عنه

 

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma bahwasanya bila ia keluar ke kota Mekkah, ia menunggangi keledainya jika ia bosan menaiki untanya. Dan ia mengenakan sorban yang mengikat kepalanya. Suatu hari ketika ia berada di atas keledainya, tiba-tiba lewatlah seorang arab badui. Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Bukankah engkau Ibnu Fulan bin Fulan?” Ia menjawab, “benar”. Lalu iapun menyerahkan keledainya kepadanya dan berkata, “Tunggangilah keledai ini”. Dan ia juga menyerahkan sorbannya dan berkata, “Ikatlah kepalamu dengannya!” Kemudian sebahagian kawan-kawannya bertanya kepada Ibnu Umar,” Semoga Allah mengampunimu, engkau berikan kepada orang Arab badui itu keledaimu yang biasa engkau tunggangi dan juga sorbanmu yang biasa engkau ikat kepalamu dengannya?” Lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik perbuatan baik adalah seseorang menyambung hubungan dengan orang yang dicintai ayahnya setelah ayahnya meninggal dunia”. Sesungguhnya ayahnya orang Arab badui itu adalah kawannya Umar radliyallahu anhu.

[HR Muslim, al-Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad: 41 dan at-Turmudziy: 1903. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih].

 

Kewajiban untuk berbakti kepada orangtua yang masih kafir

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Luqman : 17)

Jika kedua orangtuamu menyerukan untuk menyekutukan Allah, maka janganlah menututinya. Namun kita tidak diperintahkan untuk mencelanya, melainkan kita tetap diperintahkan untuk berlaku baik kepada kedua nya.

 

Sumber:

 

Yogyakarta, 30 Muharram 1436 H/23 November 2014

Surat Cinta Untuk Ayah dan Ibu (part.1)

Salah satu perintah Allah kepada setiap manusia setelah kewajiban kita kepada Allah, yaitu birrul Walidain. Di zaman sekarang masih banyak yang tidak mengetahui apa kewajiban anak kepada orangtua mereka. Walaupun orang seseorang sudah mengaji, masih saja ada kasus dimana terjadi konflik antara anak dan orang tua.

Makna Birrul Walidain

Birrul Walidain dalam kitab misbah al munnir (kamus), secara bahasa al birr artinya kebaikan, lawan dari kedurhakaan. Secara istilah, berbuat baik kepada kedua orang tua dengan hati, ucapan, perbuatan, dan tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tidak terucap dari lisan kita kata-kata yang dapat menyinggung perasaan mereka. Kita berbakti bukan sekedar karena  mereka orang tua kita, namun karena ini adalah perintah Allah dan akan ada ganjaran dari Allah karena birrul walidain adalah ibadah yang besar kepada Allah.

 

Dalil-Dalil

Dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya berbakti kepada orang tua, antara lain,

 

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S. An Nisa :36)

 

Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (Q.S Al An’am 151)

 

23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. Al Isra’ :23-24)

 

dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S Luqman : 14)

 

“Dari Abdullah bin Mas’ud katanya: ‘Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah,’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktu), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah.’” (HR. Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9)

 

Keutamaan Birrul Walidain

Bila berbakti kepada orang tua, akan ada beberapa keutamaan :

  • Allah menjadikan perintah birrul Walidain beriringan dgn perintah tauhidullah. Artinya, keutamaannya sangat besar karena  hak Allah disertakan bersama hak kedua orangtua, seperti yang tercantum pada dalil-dalil diatas. Mengapa Allah menggabungkan  keduanya?
  • Kedua orang tua adalah sebab keberadaan seorang anak, dan juga penyebab pendidikan dari mereka. Tidak ada kenikmatan selain dari Allah, kecuali dari kedua orangtua kita. Tidak akan ada yang dapat menggantikan nikmat yang diberikan orangtua kita.
  • Kenikmatan yang diberikan oleh kedua orang tua menyerupai kenikmatan yang diberikan oleh Allah, dalam arti bahwa kedua orang tua memberikannya, mereka tidak meminta pujian dan tidak meminta balasan.
  • Allah tidak pernah merasa bosan memberi kenikmatan kepada hambaNya, walaupun ia melakukan dosa yang besar. Ketika dia bertaubat, Allah akan melimpahkan rahmat dan ampunan. Begitu pula kedua orangtua kita.
  • Tidak ada kesempurnaan, kebaikan yang mungkin didapatkan oleh seorang anak, melainkan kedua orangtua berusaha untuk mendapatkannya. Makanan yang terbaik, pakaian yang terbaik, pendidikan terbaik selalu diusahakan oleh kedua orangtua kita. Orang lain mungkin akan saling iri terhadap kebaikan yang diterima orang lain, namun tidak seperti halnya dengan orangtua kita.
  • Birrul Walidain adalah akhlak nya para nabi.

 

28. Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”.(Q.S Nuh :28)

 

40. Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku.

41. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. (Q.S Ibrahim: 40-41)

 

30. Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi,

31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Q.S Maryam 30-32)

 

  • Allah mengabulkan doa orang yang berbakti kepada kedua orangtua nya. Kisah ashhabul kahfi, tiga orang yang terjebak di dalam gua. Ketika mereka sedang safar, turunlah hujan, mereka berteduh di dalam gua, tiba-tiba pintu gua menutup. Lalu mereka bertawashul (meminta pertolongan Allah dengan kebaikan yang telah dilakukannya). Satu persatu dari pemuda tersebut menyebutkan kebaikan yang telah mereka lakukan. Orang pertama bercerita tentang dia yang pernah memerah susu untuk diberikan kepada kedua orangtua nya. Sesampainya dia di rumah, didapati kedua orang tuanya sudah tertidur. Dia tidak berikan kepada siapa pun sebelum orangtuanya bangun. Lalu pemuda pertama berkata, “Ya Allah jika ini amalan yang baik, maka bukakanlah pintu gua ini”. Lalu terbukalah sedikit pintu gua tersebut. Orang kedua, dia pernah meninggalkan zina karena  takut kepada Allah. Lalu ia meminta kepada Allah agar pintu gua terbuka, dan terbukalah sedikit lagi pintu gua. Orang ketiga, bercerita bahwa ia pernah memberikan hasil ternaknya kepada semua pegawainya. Ia melakukan hal itu hanya karena ingin mendapatkan melihat wajah Allah. Pintu gua pun terbuka. Dari kisah diatas kita dapat ketahui bahwa Allah mengabulkan doa orang yang berbakti kepada orangtua.
  • Dengan birrul walidain, seseorang akan mendapatkan ampunan dari Allah. Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah. Lalu, ia mengakui bahwa dia pernah melakukan dosa besar. Lalu ia bertanya apakah Allah akan memberi ampunan padanya? Rasulullah menjawab, berbaktilah kepada ibu, ketika ia sudah tidak mempunyai ibu, maka dianjurkan untuk berbuat baik kepada bibinya, saudara perempuan dari ibu.

Suatu hari ibnu Abbas didatangi seseorang. Ia berkata ia telah mengkhitbah seorang wanita, namun ditolak. Dan wanita itu dilamar oleh orang lain. Kemudian wanita itu menikah. Maka orang itu cemburu dan membunuh wanita tersebut. Apakah aku akan mendapatkan ampunan? Ibnu Abbas menjawab apa kau masih memiliki ibu, pemuda itu menjawab tidak. Ibnu Abbas menjawab, beribadahlah untuk lebih mendekatkan kepada Allah. Maka seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas, “Mengapa engakau menanyakan ibunya?” Ibnu Abbas menjawab, “Karena aku tidak tau ibadah lain yang dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah”.

  • Birrul Walidain adalah sebab seseorang masuk ke syurga Allah. Hadist dari Imam Ahmad, dari Aisyah Radiyallahu Anha. Rasulullah bersabda, “Aku tertidur, aku melihat diriku berada di dalam syurga, ada suara orang yang sedang membaca Al Qur’an. Siapa itu?” Lalu malaikat menjawab, “Itu adalah Haritsah Ibnu Nu’man”. Itulah balasan dari orang yang berbakti. Dan semasa hidupnya Haritsah ibnu nu’man adalah orang yang berbakti kepada ibunya.

Semoga bermanfaat.Sumber:

 

 

Yogyakarta, 21 Dzulhijjah 1435 H/16 Oktober 2014